by

Kota Bandung Luncurkan Kota Pintar Disebut Piranti Aplikasi Monitoring (PAPATONG)

Kabarbhayangkara.com/KOTA BANDUNG- Tepat pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Republik Indonesia, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung meresmikan platform baru untuk mendukung implementasi kota pintar. Platform tersebut diberi nama Papatong (Piranti Aplikasi Monitoring). Peluncuran Papatong dilakukan langsung oleh Wali Kota Bandung Oded M. Danial di Bandung Command Center (BCC) Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana No. 2, Senin 17 Agustus 2020.

Papatong merupakan implementasi Internet of Things (Internet untuk segala/IoT) berbasis hybrid yang menggabungkan teknologi satelit dan GSM (Global System for Mobile Communications). Platform ini berfungsi sebagai pemantau dan analisis data, sehingga seluruh kinerja layanan publik di seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kota Bandung dapat diketahui secara langsung.

Platform ini secara otomatis akan menerjemahkan laporan dari sensor-sensor yang ditempelkan pada benda-benda fisik yang ingin dikontrol dari jarak jauh. Hasilnya dianalitik secara digital untuk mendasari pengambilan keputusan pimpinan.

Papatong juga menawarkan konsep visual yang berbasis geospasial, yakni menampilkan gambar suatu ruang di atas permukaan bumi berasal dari citra satelit, secara waktu nyata (real time).

Wali Kota Bandung, Oded M Danial mengatakan, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat dan era Industri 4.0 membuat implementasi IoT tidak bisa dihindari lagi.

“Mau atau tidak, fase era Industri 4.0 ini harus kita masuki. Termasuk Kota Bandung yang dikenal sebagai kota pintar, kota jasa dan layanan. Hari ini, Kota Bandung coba melompat jauh, yakni dengan mengimplementasikan IoT untuk kebutuhan peningkatan kualitas layanan publik,” ujarnya.

Penerapan teknologi IoT berbasis hybrid ini kata dia, sekaligus menjadi yang pertama di Indonesia. Sehingga diharapkan, dapat bermanfaat bagi kebutuhan layanan publik atau warga Bandung.

Saat ini, Papatong sedang diujikan di Bandung Command Center dengan melibatkan beberapa kelurahan untuk purwarupa, salah satunya di Kelurahan Burangrang.

“Karena dengan IoT ini sudah semakin sedikit adanya campur tangan manusia. Semua digerakkan oleh mesin ke mesin. Sehingga semua layanan publik akan lebih transparan, cepat, efisien, hemat biaya, terukur dalam tata kelola pemerintahan,” ungkapnya.

Hal yang lebih menggembirakan lanjut Oded, ahli-ahli IoT dalam implementasi ini melibatkan sekolompok anak-anak Bandung yang tergabung dalam komunitas Bandung Economic Empowerment Center (BEEC).

“Mereka membuat usulan untuk ikut terlibat membangun kota tercinta mereka ini dengan menyumbangkan keahlian mereka di bidang teknologi IoT berbasis satelit,” ucap Oded.

Sementara itu, Ketua BEEC, Ujang Koswara menerangkan, sesuai rencana, pihaknya akan melakukan implementasi IoT pada 17 pekerjaan di beberapa OPD, namun dilakukan secara bertahap. Beberapa aplikasi yang sudah siap digunakan antara lain, Mini Command Center (MCC) di Pendopo, sistem pelacakan truk sampah untuk PD Kebersihan, Automatic Meter Reading (AMR) di pelanggan PDAM, dan media monitoring.

“Sedangkan yang lain adalah Bandung Smart Box (BSB) yang ditempatkan di kelurahan, berguna sabagai perangkat komunikasi 2 arah (Video Call) antara wali kota dan warganya. Fungsi lainnya antara lain sebagai sebagai food bank automatic untuk penyaluran beras bantuan sosial warga pra sejahtera,” paparnya.

Lebuh jauh Ujang menjelaskan, dalam implementasi IoT di Kota Bandung, hal yang sulit adalah membangun platform karena membutuhkan waktu. Saat ini, platform Papatong yang digunakan sudah sesuai dan bisa beroperasi dengan berbagai mode jaringan, seperti GSM, lora, satelit, serta sudah dirancang sejak awal agar bisa digunakan untuk mobile jaringan 5G.

“Jadi platform Papatong itu kami sebut platfrom berbasis hybrid, karena bisa digunakan sesuai kebutuhan model jaringan lain dengan sistem kerja digital monitoring, analitik, treceability (pelacakan), dan dokumentasi,” tandas lelaki yang akrab disapa Uko ini.

BEEC sebagai komunitas independen dengan berbagai potensi keahlian anggotanya termasuk tim IoT ini, sambung Ujang, mencoba ikut ambil bagian dalam membantu pengembangan kota ini menjadi kota pintar yang sesungguhnya.

“Pada 17 program implementasi IoT ini, pendanaannya kami lakukan secara mandiri tanpa dana dari APBD. Ini masih berbentuk pilot project selama 1—6 bulan,” tuturnya. (iwn)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *