by

Santri Harus Jaga Semangat Resolusi Jihad

Kabar Bhayangkara/KOTA TASIKMALAYA – Apel besar peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2018 digelar di lapangan dadaha Kota Tasikmalaya, Senin (22/10/18).  Bertindak sebagai inspektur upacara, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto mewakili Presiden RI Joko Widodo. Apel besar yang diikuti ribuan santri dari seluruh Indonesia ini juga dihadiri Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Walikota Tasikmalaya Budi Budiman, Mustasyar PBNU KH Maruf Amin, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dan Panglima Besar santri nusantara Muhaimin Iskandar.

Wiranto dalam arahannya mengatakan, peran santri dan ulama saat ini diperlukan dalam menjaga dinamika sosial politik yang sangat dinamis.

“Mencermati perkembangan sosial politik akhir-akhir ini maka kehadiran dan peran para santri serta alim ulama akan semakin diperlukan dalam menjaga dinamika sosial politik yang sangat dinamis,” katanya.

Resolusi jihad yang digagas oleh tokoh-tokoh Islam terdahulu merupakan komitmen yang selalu relevan dengan konteks zaman kekinian. Hal itu menurutnya penting untuk diketahui mengingat ancaman bangsa Indonesia terus silih berganti sesuai kondisi zamannya.

“Bila dulu ancamannya nyata datang dari luar sekarang potensi gangguan bisa muncul dari kompetisi politik diantara sesama anak bangsa yang sering tanpa disadari menggiring politik kebencian dan penyebaran hoax yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa,” ungkap Wiranto.

Oleh karena itu, lanjut Wiranto, melalui Hari Santri Nasional, senantiasa menjaga semangat resolusi jihad sebagaimana yang diamanatkan oleh founding fatherulama, santri dan pejuang Islam. Hal ini untuk mencegah dan melindungi bangsa dari politik identitas yang dimanifestasikan dalam politik kebencian.

“Saya juga berpesan agar para santri turut menjaga persatuan bangsa serta melanjutkan perjuangan dalam mencapai cita-cita kemerdekaan dengan semangat ukhuwah islamiah, ukhuwah wathoniah dan ukhuwah basyariah,” harapnya.

Sejarah mencatat, perjuangan melawan penjajah dalam merebut kemerdekaan dan menjaga kedaulatan NKRI tidak lepas dari peran besar para ulama dan santri. Tanggal 22 Oktober 1945 atau 73 tahun lalu telah terjadi peristiwa besar bagi umat Islam di Indonesia. Di tanggal tersebut, pahlawan nasional yang juga pendiri NU KH Hasyim Ashari mengeluarkan resolusi jihad yang menjadi pegangan utama umat Islam dalam membentengi kemerdekaan RI mengusir penjajah dan musuh bangsa. Presiden Joko Widodo melalui Kepres No 22 tahun 2015 menetapkan bahwa setiap tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional.

Dukungan Pemprov Jabar Untuk Santri

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menuturkan, saat ini jumlah umat muslim di Jabar mencapai 45 juta lebih dari jumlah penduduk 48 juta jiwa dan menjadikan provinsi dengan umat muslim terbanyak di dunia dan Indonesia. Sedangkan jumlah pesantren di Jabar lebih dari 9 ribu dan jumlah masjid lebih dari 100 ribu. Oleh sebab itu kata Emil, sapaan akrabnya, sudah selayaknya Pemprov Jabar memiliki program khususnya untuk para santri yang harus diperjuangkan.

“Kami ada sejumlah program untuk santri yang Insyaallah akan diperjuangkan untuk eksistensi santri yang lebih baik,” kata Emil.

Program yang pertama yaitu, saat ini Pemprov Jabar tengah menyiapkan Perda Pendidikan Agama dan Keagamaan. Dengan Perda tersebut para santri akan diurus lebih baik oleh negara dan infrastruktur pesantren akan lebih maksimal. Kemudian untuk menjaga aqidah dan mencintai Alquran Pemprov Jabar juga sedang menyiapkan program Maghrib Mengaji dan Subuh Berjamaah agar para pemuda menjadi ahli masjid dan ahli agama.

“Akan ada juga program Zakat Digital, agar umat Islam bersatu menjadi orang-orang yang dermawan dengan kewajibannya melalui cara kekinian yaitu online dan digital,” ujarnya.

Untuk kemandirian pesantren, sedang disiapkan pula program Satu Pesantren Satu Perusahaan. Selain itu, rencananya bulan depan akan dimulai program pelatihan bahasa Inggris untuk para ustad.

“Lulusan terbaik akan kami kirim ke luar negeri untuk berdakwah, agar suatu hari yang membawa perdamaian dunia adalah ustad dari Jabar,” ucap Emil.

Akan ada juga program dakwah digital melalui smartphone. Emil mengatakan, menurut survey, warga Jabar menggunakan smartphone setiap harinya selama 4 jam tetapi sebagian besar digunakan untuk kesia-siaan.

“Mudah-mudahan dengan program dakwah digital kita bisa menyeimbangkan konten informasi kepada masyarakat Jabar,” tuturnya.

Program berikutnya yaitu Satu Desa Satu Hafiz. Saat ini, kata Emil, pihaknya membutuhkan 6 ribu hafiz quran.

“Kami sedang menyiapkan program satu desa satu hafiz quran. Ada 6 ribu desa kami butuh 6 ribu hafiz quran. Dalam 3 tahun kita ingin di pelosok desa yang menjadi imam masjid adalah mereka yang hafiz quran,” katanya.

Terakhir, akan ada program Kredit Mesra (Mesjid Sejahtera), dimana warga yang tidak mampu cukup datang ke mesjid untuk mendapatkan pertolongan finansial. Diharapkan warga Jabar nantinya menjadi ahli masjid sekaligus dapat pertolongan ekonomi.(ds)*

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *